Keringnya Jiwa-Jiwa Kaum Pendidik

Tidak ada komentar

Gambar Ilustrasi



Ada suasana berbeda yang saya rasakan saat ini sebagai seorang guru. Suasana yang saya maksud adalah suasana disebagian disekolah-sekolah di tempat saya mengajar, yang seharusnya penuh dengan nuansa keilmuan, namun sekarang terasa hambar. Dunia pendidikan terutama sekolah-sekolah yang seharusnya menjadi pusat " Pendidikan" dari segala aspeknya, sekarang terasa sangat sepi. Hampir disebagian tempat disekolah-sekolah saat ini terutama dilingkungan para pendidik atau guru nyaris tidak kita jumpai ruh dan semangat pendidikan. Meskipun secara kasat mata sepertinya proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung normal akan tetapi masih ada sesuatu yang kurang atau bahkan "sesuatu itu" hilang.



Akan kita rasakan betapa keringnya jiwa-jiwa pendidik kita dari semangat pendidikan itu sendiri. Obrolan-obrolan para pendidik tersebut hanya seputar masalah-masalah sehari-hari yang terkadang tidak ada hubungannya dengan pendidikan. Lingkungan pendidikan yang seharusnya penuh dengan diskusi-diskusi menarik seputar pendidikan, seperti masalah siswa, metode pembelajaran, perkembangan sekolah dan lain-lain, nyaris tak terdengar. Semua hanya berbica tentang rumah tangga orang lain (gosip), dan kebanyakan tentang pangkat dan jabatan. Paling banter para pendidik dan guru disibukkan dengan administrasi-administrasi "Njelimet" yang tiada berkesudahan. Administrasi-administrasi yang sebetulnya hanya berisi kebohongan dan gak ada hubungannya dengan kemajuan pendidikan. Yang ada hanya bikin pusing terutama guru-guru yang telah sepuh.


Jarang sekali saya temukan diskusi-diskusi menarik dilingkungan para pendidik di sekolah. Hal ini banyak terjadi terutama dilingkungan sekolah-sekolah negeri. Saya berpendapat bahwa hal ini terjadi memang karena factor para pendidik yang "sebetulnya" tidak ada jiwa atau semangat pendidikan. Guru atau pendidik saat ini hanya dijadikan sebagai profesi untuk mengejar keuntungan dunia saja, meskipun itu bukan sesuatu yang salah. Masalah juga terdapat pada sebagian dari guru atau pendidik tersebut yang tidak mau mengembangkan bakat dan kemampuan mereka lebih lanjut lagi, sikap merasa puas dan cukup pada pencapaian intelektual mereka saat ini menyebabkan mereka "ogah" untuk belajar dan belajar lagi. Dan celakanya meskipun ada beberapa guru yang berhasil memperoleh gelar pendidikan yang lebih tinggi, nyatanya hal itu hanya untuk kepentingan kenaikan pangkat atau agar bisa dinilai lebih bergengsi dihadapan banyak orang. Jadi ternyata pendidikan tinggi tidak lantas menjadikan mereka berilmu dan membuat orang-orang tercerahkan atas ilmunya. Mungkin sesuai dengan ungkapan " Ijazah itu adalah bukti seseorang pernah sekolah bukan bukti bahwa dia berilmu atau bisa berfikir".


Kegiatan diskusi-diskusi keilmuan dilingkungan-lingkungan sekolah hanya akan terwujud jika orang-orangnya "se-frekuensi" atau punya irama jiwa pendidik yang sama. Masalah lainnya dan ini bisa jadi merupakan factor utama penyebab hilangnya ruh pendidikan dilingkungan sekolah adalah sangat rendahnya kegiatan literasi baik oleh para pendidik aau guru, lebih lagi para peserta didik atau siswa. Boleh dibilang saat ini, seorang guru yang gemar dan rajin membaca atau gemar pada kegiatan literasi adalah salah satu "Manusia Langka", yang akan jarang atau bahkan tidak pernah kita jumpai. Indonesia saat ini masih terbilang sebagai Negara yang rendah literasi. Bisa kita bayangkan lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tongggak bagi terciptanya budaya literasi malah sepi dari kegiatan tersebut. Padahal pemerintah tidak kurang-kurang menyediakan bahan-bahan literasi melalui pengadaan buku yang dilakukan hampir setiap tahun. Namun realitasnya buku-buku tersebut hanya menjadi tumpukan-tumpukan tak berguna yang hanya memenuhi ruang perpustakaan sekolah. 


Bagaimana siswa dan siswi kita disekolah bisa lekat dengan budaya membaca dan literasi bila guru-gurunya saja "Males Baca Buku". Bukankan teladan seorang guru itu lebih berarti bagi para siswa daripada materi pelajaran mereka. Dan bagaimana juga seorang guru bisa bertahan menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman yang semakin maju tanpa bekal ilmu yang memadai. Padahal buku bagi seorang guru adalah "Jimat" yang akan tetap menjaga jiwa dan semangat mereka didalam dunia pendidikan. 


Orang akan semangat berdiskusi jika ia mampu berbicara, dia akan mampu berbicara bila perbendaharaan ilmu dan kosakatanya banyak, ilmu dan kosakatanya akan banyak jika dia rajin membaca.



Petuah Bandit Yang Berjiwa Sosial……………………..

Komentar